Baru-baru ini Nokia mengumumkan smartphone terbarunya, Lumia 920, yang
salah satu feature unggulannya adalah wireless charging. Apa istimewanya
feature ini?
Seperti namanya, wireless
charging adalah pengisian ulang baterai tanpa kabel. Tidak ada lagi kabel yang
dicolokkan dari sumber listrik ke smartphone.
Untuk mengisi ulang baterai Lumia 920 tersebut pengguna hanya
meletakkan smartphone yang bersistem operasi Windows Phone 8 ini di atas
bantalan charger. Dan charger tersebut tentu saja masih dihubungkan dengan
kabel ke sumber listrik.
Nokia telah berkolaborasi dengan Fatboy untuk menyediakan bantalan
(pad) pengisi ulang baterai. Vendor smartphone asal Finlandia ini telah pula
bekerja sama dengan maskapai penerbangan Virgin Atlantic dan jaringan gerai
Coffee Bead & Tea Leaf untuk menyediakan pad isi ulang baterai gratis
kepada para pengguna Lumia 920.
Bukan
Barang Baru
Wireless charging sebenarnya bukanlah barang baru. Smartphone Palm Pre
yang diluncurkan pada tahun 2009 sudah menyediakan opsi wireless charging.
Tetapi hingga sekarang masih jarang smartphone yang menawarkan charger
nirkabel.
Apakah fasilitas wireless charging pada smartphone kurang menarik?
Nyatanya Intel sekarang sedang mengembangkan ekosistem wireless charging. Intel
berencana mengintegrasikan solusi wireless charging pada notebook, ultrabook,
PC desktop, dan lainnya sehingga pengguna nantinya dapat mengisi ulang baterai
smartphone mereka dengan mendekatkannya ke PC atau notebook yang sedang
dipakai.
Caranya, pengguna menjalankan software pengaktif wireless charging pada
komputer mereka dan meletakkan smartphone tersebut di sampingnya (dengan jarak
sekitar 1 inci). Sambil bekerja di komputer, pengguna mengisi ulang baterai
smarphone mereka.
Guna mewujudkan rencananya tersebut, Intel telah menunjuk Integrated
Device Technology (IDT) untuk mengembangkan chipset untuk modul wireless
charging. Chipset tersebut natinya dapat dipakai pada modul transceiver (pada
komputer) dan reciever (pada smartphone atau peranti lain).
Dengan chipset ini, menurut IDT, akan ada efisiensi biaya karena
pengurangan jumlah komponen elektronik pada modul wireless charging.
Teknologi
Sederhana
Sebenarnya teknologi yang digunakan wireless charging bukanlah temuan
baru. Teknologinya sama dengan yang digunakan pada dinamo pembangkit listrik
atau transformator penaik/penurun tegangan.
Semua perangkat tersebut sama-sama menggunakan hukum Fisika, yaitu bila
suatu kumparan kawat dialiri listrik maka akan timbul medan magnet. Sebaliknya,
bila suatu kumparan dikenai dengan medan magnet, maka akan timbul aliran
listrik pada kawat kumparan.
Dengan cara yang sama, charger yang berupa kumparan dialiri listrik.
Sehingga timbul medan magnet di sekitarnya. Medan magnet ini mengenai kumparan
yang telah dipasang di bagian belakang smartphone. Maka pada kumparan di
smartphone timbul arus listrik yang seterusnya digunakan untuk mengisi baterai.
Jarak antara kumparan pada charger (transceiver) dan pada smartphone
(receiver) harus sedekat mungkin. Makin jauh jaraknya, makin kecil listrik yang
ditimbulkan pada kumparan di smartphone. Untungnya para peneliti di MIT pada tahun
2006 telah menemukan teknik resonansi sehingga jarak antara transceiver dan
receiver bisa lebih jauh dibandingkan dengan induksi biasa. Mereka berhasil
memisahkan kedua kumparan sejauh beberapa meter.
Pada penerapannya, jarak antarkumparan belum sejauh yang diriset di
lab. Standar Qi yang dibuat oleh Wireless Power Consortium (WPC) misalnya mendukung teknologi resonansi
magnetik dengan jarak sampai sejauh 40
milimeter.
Standar
Sudah Ada
Peranti-peranti yang menggunakan wireless charging seharusnya saling
kompatibel, sehingga penerapannya bisa lebih luas.
Untuk itulah para vendor yang bekepentingan dengan wireless charging
telah membentuk konsorsium yaitu WPC. Kini anggotanya sudah mencapai 120
perusahaan. Hasilnya adalah standar Qi (dibaca chi, yang berasal dari Bahasa
Cina yang berarti energi).
Sejak tahun 2009 WPC telah menyertifikasi produk yang memenuhi standar
Qi. Produk tersebut tidak terbatas pada perangkat charger untuk smartphone.
Pada awal September 2012 lalu WPC mengumumkan telah mensertifikasi 110 produk
konsumer mulai dari smartphone, charging pad, game controller, perekam Blu-ray
Disc, charger telepon untuk mobil, jam, sampai modul charger yang dapat
dipasang di meja dan furnitur lainnya.
Di antara smartphone yang disertifikasi antara lain LG Optimus LTE2 dan
Panasonic Eluga. Dari peranti-peranti yang telah disertifikasi selama ini,
menurut WPC, kini sudah terdapat 8,5 juta unit peranti yang dipakai (installed
base) di seluruh dunia.
“Industri telah memilih Qi karena keterbukaannya, fleksibel, fully
interoperable, dan memberi keleluasaan pada perusahaan untuk menciptakan
berbagai jenis produk dan aplikasi berbeda
yang dapat berkerja bersama,” jelas Menno Treffers, WPC Chairman, pada
press release-nya awal September lalu.
Suatu peranti bersertifikat Qi dapat di-charge dengan menempatkannya di
bantalan charger berlogo Qi baik itu di kafe, restoran, bandara, di dalam
mobil, rumah, kantor, dan tempat-tempat lainnya di seluruh dunia.
Jadi fasilitas wireless charging pada smartphone akan lebih menarik
bila peranti charging-nya sudah banyak kita temui di berbagai tempat, termasuk
di dalam mobil Anda. Dengan meletakkan smartphone di tempat botol minum di
dalam mobil, Anda sebetulnya sedang mengisi ulang baterai selama berkendara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar